Entri Populer

Selasa, 18 Januari 2011

Cara Mengatasi Anak Malas Belajar


Cara Mengatasi Anak Malas Belajar

Seringkali para orang tua dan guru mengukum dan menghina anak yang malas. Hal ini menimbulkan rasa kurang puas pada anak, sang anak akan kehilangan kepercayaan diri dan runtuh kepribadiannya. Padahal kemalasan itu amat membutuhkan simpati, kasih sayang dan penanganan yang tepat. Untuk itu upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi anak malas belajar dengan langkah-langkah sebagai berikut:
  1. MEMBERI SENTUHAN PADA TITIK PEKA ANAK
    INDONESIA JENIUS - IndonesiaJenius.com - Training Aktivasi Otak Tengah Terbaik di IndonesiaSebagai orang tua sekaligus sebagai pendidik bagi anak harus memiliki kesabaran untuk memulai menyentuh titik peka anak dengan memberi perhatian khusus pada hal-hal yang amat menarik perhatian anak. Hal ini perlu dilakukan untuk memperoleh tanggapan dan perhatian anak. Dengan demikian anak tentunya akan terbuka menerima pendapat dengan perasaan senang dan gembira, bebas dari perasaan tertekan, takut dan terpaksa. Pada akhirnya aanak akan menerima pemahaman, betapa penting dan dibutuhkan proses belajar untuk mencapai tujuan (memperoleh keperkasaan menurut daya nalarnya). Dalam hatinya pun tergerak untuk melakukan dan merencanakan kegiatan belajarnya. Hanya saja di sini dibutuhkan kesabaran anda untuk melakukan pendekatan kepada anak.
  2. MEMBANGKITKAN NILAI PLUS ANAK
    Satu pengharapan orang tua tentunya menginginkan anak itu terpacu semangatnya untuk belajar. Anak belajar atas inisiatif, kesadaran sendiri dan proses belajar itu sudah menjadi suatu kesadaran kebutuhannya untuk mencapai suatu kecakapan khusus serta ingin menonjolkan kelebihan-kelebihannya lebih dari yang lainnya.
    Untuk menyentuh perasaan atau keinginan bawah sadar anak agar dirinya merasa “tertantang” untuk berbuat sesuatu/melakukan sesuatu yang positif, anda dapat mengambil contoh dari tokoh film herois dan tokh dunia yang sukses. Anda dapat mengungkapkan, bahwa untuk menjadi orang yang sukses dibutuhkan perencanaan belajar, cara-cara belajar yang baik, tahu apa yang hendak dipelajari dan tahu menerapkan apa yang dipelajari, sehingga tertanam pemahaman belajar yang bukan asal belajar.
  3. MENGEMBANGKAN CITA-CITA ANAK
    Anda harus berperan aktif untuk mendorong anak agar memiliki cita-cita hidup sesuai dengan taraf perkembangan daya nalarnya dan usianya. Cita-cita anak selalu berubah sesuai dengan perkembangan usia dan daya nalar anak. Anda dapat memberi contoh agar anak mau mengembangkan imajinasi dirinya atau mengidentifikasikan dirinya jika sudah dewasa ingin menjadi apa drinya. Dengan terpatrinya sebuah cita-cita hidup dalam hati nurani anak, akan menumbuhkan motivasi instrinsik pad adiri anak untuk lebih giat belajar dan lebih terbuka untuk mengembangkan perencanaan belajarnya.

pandangan tentang IQ oleh Mr. Andri Ariestanto (Master Coach Personality)


INDONESIA JENIUS - IndonesiaJenius.com - Training Aktivasi Otak Tengah Terbaik di IndonesiaBeberapa saat yang lalu saya berkesempatan untuk hadir reuni kampus di almamater saya di Malang. Sungguh satu kesempatan yang sangat berharga karena saya dapat bertemu lagi dengan teman-teman kuliah dan para dosen setelah 12 tahun berpisah.
Masuk ke komplek kampus tempat saya menuntut ilmu benar-benar membawa kembali kenangan indah saat kuliah dulu. Bertemu dengan teman dan dosen, mengenang kembali memori-memori indah saat masih remaja dulu, sungguh satu pengalaman yang sangat berharga.
Teman-teman yang sudah 12 tahun tidak bertemu banyak menyimpan cerita seru, ada yang sudah jadi PNS sukses, ada yang sudah jadi pengusaha sukses, ada yang masih sukses berkumpul dengan mertua, ada yang sudah punya 4 anak, ada yang sudah jadi janda dengan 2 anak, ada yang tambah gemuk, ada yang masih kurus, ada yang masih bergaya mahasiswa, ada yang rambutnya sudah beruban, ada yang masih jomblo, ada yang barusan jadi pengantin baru, ada yang hanya telpon saya tidak bisa datang dengan alasan tidak percaya diri karena merasa belum sukses, dsb.
Dari kesan-kesan yang saya dapat saat reuni itu, satu kesan yang sangat mendalam yang teringat sampai saat ini adalah pertanyaan yang diajukan baik teman-teman kuliah maupun para dosen. Pertanyaannya adalah. “Kamu, sekarang kerja dimana?”, “Bagaimana kabar keluargamu?”, “Apa bisnis yang kamu jalankan sekarang?”, “Kamu tinggal di mana?”, “Berapa putramu sekarang?”, dan masih banyak pertanyaan lain yang tidak ada hubungannya dengan nilai (IP) saya sewaktu di kuliah dulu.