Entri Populer

Kamis, 11 November 2010

Berpikirlah Seperti Orang-orang Jenius

Delapan strategi yang dipakai oleh orang-orang yang superkreatif, dari Aristoteles dan Leonardo Da Vinci sampai Einstein dan Edison.
INDONESIA JENIUS - IndonesiaJenius.com - Training Aktivasi Otak Tengah Terbaik di IndonesiaWalaupun Anda bukan seorang jenius, Anda bisa menggunakan strategi yang sama seperti Aristoteles dan Einstein dalam mempergunakan kekuatan dari pemikiran kreatif Anda dan mengelola masa depan Anda dengan lebih baik. Bagaimana seorang jenius mengemukakan gagasan-gagasannya?
Apa yang biasa dipikirkan orang terhadap lukisan "Monalisa", atau teori relativitas?
Karakteristik apa yang terdapat dalam strategi berpikir Einsteins, Edison, da Vinci, Darwin, Picasso, Michelangelo, Galileo, Freud, dan Mozard?
Apa yang bisa kita tarik sebagai pelajaran dari mereka?
Orang kadang-kadang menyamakan antara orang yang ber-IQ tinggi dengan jenius. Orang dengan  intelegensi tinggi biasanya IQ-nya lebih tinggi dari seseorang penerima Hadiah Nobel, umumnya mencapai 122. Jenius biasanya mencapai score 1600 pada Tes Scholastik, menguasai 14 bahasa pada usia tujuh tahun, menyelesaikan soal-soal Mensa dalam waktu yang telah ditetapkan, mempunyai IQ yang luar biasa tinggi dan cerdas.
Setelah melalui perdebatan sengit para psikolog pada tahun 1960, Joy P. Guilford, seorang pakar yang berfokus pada kreativitas, mengumumkan keputusan para psikolog bahwa kreativitas tidaklah sama dengan intelegensi. Seorang pribadi atau individu bisa lebih kreatif daripada cerdas, atau lebih cerdas daripada kreatif.
BERPIKIR PRODUKTIF VS REPRODUKTIF
Yang dimaksud dengan berpikir reproduktif adalah berpikir pada dasar/basis masalah yang terjadi pada waktu yang lalu. Bila kita berhadapan dengan masalah-masalah, kita akan mengingat kejadian yang terjadi sebelumnya. Kita bertanya, "Apa yang pernah saya pelajari dalam kehidupan saya, pendidikan, atau pekerjaan dan bagaimana mengatasi masalah tersebut?" Kemudian kita menganalisis dan mengambil solusi yang terbaik untuk pemecahan masalah yang sedang kita hadapi. Namun karena solusi yang diambil berdasarkan perjalanan yang lalu, kita tidak berhati-hati menerapkannya. Mungkin permasalahan di masa lalu agak sedikit berbeda sehingga akhirnya penyelesaian masalah itu kurang mengena. Sebaliknya, para jenius berpikir produktif, bukan reproduktif. Bila menghadapi masalah, mereka bertanya:
Berapa banyak cara saya melihat itu?
Bagaimana saya memikirkan kembali cara saya melihat itu?
Berapa banyak cara yang berbeda yang dapat mengatasi masalah itu?
Seorang jenius tidak akan menanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut, Apa yang pernah saya pelajari dari seseorang untuk mengatasi masalah seperti ini?
Mereka cenderung untuk mengangkat masalah ini dengan banyak respon- respon yang berbeda, beberapa tidak biasa dan unik. Seorang yang berpikiran produktif akan mengatakan dengan banyak cara penampilan untuk mengungkapkan "tigabelas" .
Seperti yang Anda lihat, dengan mengungkapkan 13 dalam beberapa cara atau membaginya menjadi dua dengan beberapa cara juga, dapat dikatakan bahwa setengah dari 13 adalah 6.5 atau 1 dan 3, atau 4, atau 11 dan 2, atau 8, dan seterusnya.
Dengan berpikir produktif, seseorang akan mengemukakan sebanyak mungkin alternatif pemecahan bagi suatu masalah.

Rahasia Menjadi Orang Jenius

INDONESIA JENIUS - IndonesiaJenius.com - Training Aktivasi Otak Tengah Terbaik di IndonesiaKita harus berterima kasih pada para genius. Faktanya, dunia kita ini dihela oleh para genius itu yang tersebar dalam berbagai bidang kehidupan. Merekalah yang menemukan dan menciptakan berbagai hal yang membuat kita menjadi semaju sekarang ini. Jumlah mereka hanya kurang dari 2%, tapi di tangan merekalah nasib umat manusia bertumpu. Sebutlah beberapa genius! Nama pertama yang muncul mungkin Albert Einstein, Bill Gates, Habibie, dan seterusnya.
Tapi bukan hanya ilmuwan yang bisa disebut genius, mereka yang menjalankan usahanya sehingga maju dan berkembang pesat dan mampu memberi pekerjaan kepada banyak orang pun layak disebut genius. Begitupun para pemimpin masyarakat yang berhasil membawa yang dipimpinnya makmur sejahtera adalah orang-orang genius.
Nah, ingin jadi “THE NEXT GENIUS?”
Selama ini Anda mungkin mengira kalau para genius selalu memiliki otak yang lebih hebat dari kebanyakan orang. Anda benar. Tapi Anda keliru kalau mengira IQ mereka jauh di atas rata-rata orang. Faktanya, kebanyakan dari mereka memiliki IQ tidak lebih tinggi dari kebanyakan orang. Bedanya mereka hanya berhasil menggunakan kemampuan otaknya lebih dari orang-orang biasa. Kabar baiknya, siapapun bisa mengembangkan kemampuan otak yang dimilikinya, untuk menjadi genius seperti mereka. Termasuk Anda!
Syaratnya: MAU, TAHU CARANYA, dan KERJA KERAS. Seperti kata Bill Gates, si penguasa Microsoft: 99,9% kejeniusan itu kerja keras.
Di sini, genius bisa kita tukar balikkan dengan kata “expert” alias si “ahli”. Menjadi genius bisa berarti juga menjadi ahli. Oleh karena itu istilah genius digunakan bergantian dengan istilah expert. Keduanya sama saja. Perlu diingat, genius disini bukan untuk mengistilahkan mereka yang memiliki IQ superior tetapi untuk menyebut mereka semua yang menjadi ahli di bidangnya.
Rahasia Para Genius Hanya ada 3 rahasia utama para genius di manapun di dunia ini. So, jangan kuatir Anda akan harus meniru banyak hal dari mereka. Yang perlu Anda tiru cuma tiga hal saja. Sedikit bukan?!

RAHASIA 1
Si genius bisa mencari cara sendiri untuk menguasai hal-hal yang belum di kuasainya. Para genius menciptakan metode belajar sendiri yang paling cocok dengan diri mereka. Jika tidak menguasai suatu subjek, mereka akan cari tahu cara paling efisien untuk mempelajarinya. Mereka terus mencoba (mereka tidak pernah berhenti mencoba jika belum berhasil) sampai mereka bisa menguasai yang ingin dikuasainya. Kalau gagal dengan satu metode, mereka akan mencoba metode lainnya.

TIPS: 10 Cara Memotivasi Anak

Kesal karena si kecil kurang bersemangat dan cepat putus asa?
Ada kok cara bijak untuk 'mengomporinya'.
INDONESIA JENIUS - IndonesiaJenius.com - Training Aktivasi Otak Tengah Terbaik di Indonesia"Kenapa ya, Mona tidak seperti Sherly," keluh Bu Dewi (30 tahun) suatu ketika kepada suaminya. Ia merasa, anaknya yang masih TK Nol Besar itu kalah jauh dengan teman sekelasnya, anak Bu Lusi itu. "Sherly sudah bisa menulis a-b-c-d dengan lancar. Nulisnya rapi lagi. Si Mona kok nggak bisa seperti itu? Tulisannya berantakan. Nulis b juga masih sering keliru dengan d."
Lain lagi dengan Adi (5 tahun), anak Bu Diana. Ia selalu rewel kalau hendak memakai sendiri sepatu kets-nya. "Ma, gimana sih, makainya?"   "Ah, masa begitu saja nggak bisa," ibunya menyindir. "Kan tinggal dimasukkan saja, kakinya."  "Nggak bisa, Ma," Adi setengah berteriak. "Ya sudah, nggak usah pakai sepatu!" Adi pun menangis.
Memang sih, tidak mudah mengharapkan anak untuk dapat melakukan sesuatu secara cerdas, benar, apalagi cepat. Tapi, jangan salah. Pada usia pra-sekolah, usia 3-5 tahun, sebenarnya anak punya motivasi yang kuat untuk belajar lho! Yang sudah diperolehnya pada kurun waktu ini pun banyak. Ia, misalnya, sudah dapat menerjemahkan ekspresi wajah orang, mengungkapkan perasaan, membedakan mana yang salah dan benar, serta sudah punya rasa malu dan bersalah.
Yang tak kalah penting, anak juga sudah mulai ingin mandiri dalam banyak hal.  Jadi, yang diperlukan adalah, bagaimana agar anak bisa termotivasi dalam proses belajarnya itu. Motivasi atau dorongan untuk melakukan hal-hal yang ingin dilakukan, bisa timbul dari dalam diri anak, namun juga bisa dibangkitkan dari luar.  Nah, tugas orang tualah -- dan juga guru di sekolah --  untuk memberikan sikap serta suasana lingkungan yang tanggap pada kebutuhan anak, sehingga anak lebih tertantang, berupaya lebih keras, serta tidak cepat down.

SEPULUH CARA BERIKUT INI MUNGKIN BISA MEMBANTU :

1. JANGAN BERI 'CAP' NEGATIF
Anak akan termotivasi untuk bertindak positif jika ia sadar bahwa tindakan itu menguntungkan dirinya. Anak yang kelihatannya pemalas atau tidak tertarik untuk melakukan sesuatu, belum tentu selamanya akan terus begitu. Bisa jadi ia nanti akan berkembang menjadi anak yang rajin. Kita cukup memberinya pengertian tentang manfaat yang akan diperoleh bila ia berlaku positif. Misalnya, jika menghabiskan makanan, membersihkan tempat tidur, atau mematikan lampu. Karenanya, jangan memberi cap atau label negatif pada anak. Hindari mengucapkan kalimat seperti "Pemalas!" atau "Begitu saja tidak bisa!"  Ini akan menurunkan motivasi si anak.
2. HARGAI KEUNIKAN ANAK
Anak akan berkembang baik bila keunikan atau perbedaannya dihargai. Dalam belajar, misalnya, minat dan juga kecepatan tiap anak berbeda, seperti kasus Mona dan Sherly di atas.  Nah, orang tualah yang mesti peka terhadap kedua hal ini. Jangan ingin menyamakan begitu saja, sebab ini tidak ada manfaatnya bagi Anda dan anak. Setiap anak memang berbeda, dan usia bukanlah ukuran mati dalam perkembangan.
3. JANGAN DITARGET
Perkembangan anak mesti melalui tahap demi tahap. Jika ia telah menguasai tahap yang terdahulu, ia akan lebih mantap di tahap berikutnya. Orang tua tidak boleh mendidik anak berdasarkan target. Jangan memaksa anak menulis yang bagus. Siapa tahu memegang pensilnya belum benar?